Artikel 1

,00 0000 - 00:00:00 WIB
Dibaca: 277 kali

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN MINAT MENGIKUTI  PENDIDIKAN KEJAR PAKET C PADA SISWA KELAS TIGA SMU NEGERI DI SURABAYA BARAT

 

Suroso, Dian Timur Vikiyani

Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

 

Abstrak

 

Peneliti tertarik untuk lebih jauh mengetahui bagaimana hubungan harga diri dengan minat mengikuti pendidikan kejar paket  C pada siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan variabel bebas adalah harga diri dan variabel tergantung minat mengikuti pendidikan Kejar Paket C

Teknik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi Product-moment Person. Uji asumsi (uji linieritas) tidak memenuhi syarat maka yang diperlukan adalah dengan menggunakan Transformasi Linier variabel X (Hadi,2000). Hasil Transformasi diperoleh dengan menggunakan variabel X menunjukkan rxy = 0,236 dengan taraf signifikasi p = 0,009. Hal ini berarti bahwa variabel bebas harga diri dengan variabel tergantung minat mengikuti pendidikan kejar Paket C mempunyai hubungan yang positif, artinya harga diri yang tinggi akan mempengaruhi minat mengikuti pendidikan kejar paket C pada siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat.

 

Kata Kunci: Harga diri, Minat mengikuti Pendidikan Paket C

 

 


Pendahuluan

Telah diketahui sistem pendidikan di Indonesia ini, kelulusan hanyalah ditentukan oleh UNAS (Ujian Nasional) dalam waktu tiga hari. Banyak siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan lulus. Para siswa berusaha untuk mendapatkan nilai yang telah disesuaikan, sehingga para siswa dan orang tua merasa ketakutan. Orangtua pun berusaha mengupayakan agar anaknya mengikuti kegiatan bimbel (bimbingan belajar) disana-sini, memanggil guru private untuk datang ke rumah, berusaha mencari kunci jawaban soal unas meskipun mengeluarkan uang banyak. Siswa pun dipaksa untuk mengerjakan soal-soal latihan dan menghafal rumus selama satu bulan penuh sebelum ujian, maka tidak heran apabila semua yang dipelajari terkadang menjadi terlupakan setelah ujian selesai. Tidak hanya orangtua atau wali murid yang merasa cemas pada sistem kelulusan yang baru ini, pihak sekolah pun berupaya mengadakan adanya tambahan jam pelajaran guna untuk membantu siswa dalam belajar. Demi anak didiknya lulus dengan nilai yang diharapkan (Setiawan, 2008).

Ujian Nasional (UNAS) harus tetap dilaksanakan. Menurut “Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Depdiknas Suyanto pada tahun 2007, UNAS (Ujian Nasional) itu untuk mencapai standar kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan secara nasional”. Ujian Nasional (UNAS) dirancang begitu ketatnya, sehingga adanya persaingan antar siswa dan sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Tingginya angka standar kelulusan, banyak siswa yang merasa berat. Belajar bertahun-tahun dinilai hanya dari tiga mata pelajaran, yang dipandang hanya dari aspek kognitif dan bentuknya pilihan ganda yang menumpulkan kreatifitas siswa.

Implikasinya anak cenderung belajar demi sebuah nilai, bukan demi kenikmatan mendapat pengetahuan. Jika siswa gagal dalam satu mata pelajaran maka dia harus mengulang tahun depan. Dampaknya akan terjadi pada siswa itu sendiri, apabila adanya kegagalan dalam ujian akhirnya siswa menyalahkan diri sendiri menjadi stress dan depresi. (Josua Manurung, Posted on April 19th 2007 http://www.BENCANA NASIONAL untuk Pendidikan_SABDA space-komunitas blogger.kristen.htm).

Kesalahan terbesar sekolah adalah mencoba mengajarkan segala hal kepada anak-anak dan menggunakan rasa takut sebagai motivasi dasarnya (Stanley Kubrick). Inilah yang terjadi di sekolah-sekolah. Hal ini terlihat jelas ketika guru memberi peringatan siswanya ketika mendekati ujian. “Belajar yang rajin yaa naak, kalo nanti gak lulus kamu yang rugi sendiri”. (Kamis,Desember 04,2008 http://www.KawahInstitute.htm).

Bagi siswa yang tidak lulus UNAS (Ujian Nasional) dapat mengikuti Ujian Kejar Paket C dilaksanakan setelah pengumuman ujian nasional (UNAS) agar siswa yang tidak lulus UNAS SMA/SMK dapat mengikuti Ujian Kejar Paket C dan mendaftar di perguruan tinggi (PT). Menurut Kepala Dinas P dan K Jawa Timur Rasiyo, bagi mereka yang gagal UNAS dan sebelumnya terdaftar sebagai siswa di sekolah formal harus terlebih dahulu pindah ke jalur non-formal, dan terdaftar pada satuan pendidikan non-formal kesetaraan. (Metropolis, Jawa Pos Senin, 2 juni 2008).

Minat siswa yang tidak lulus ujian nasional untuk mengikuti ujian nasional pendidikan kesetaraan atau UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Keseteraan) di berbagai daerah relatif rendah. Belum diketahui penyebab rendahnya minat siswa mengikuti UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Keseteraan) yang dimulai hari selasa tanggal 24 juni 2008. (Fajarwisnu pada juni24,2008 http://www.Rendah, Minat Siswa Mengikuti UNPK « SMK Negeri 5 Surabaya.htm).

Sampai Senin (23/6/2008) sore, sebagian besar kabupaten atau kota di Jawa Timur melaporkan jumlah pelajar yang telah mendaftar. Hanya beberapa pelajar yang tidak mendaftar UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan). Sebagian pelajar SMK memang tidak mendaftar, menurut Kepala Dinas P dan K Jawa Timur Rasiyo, di Jawa Timur  terdapat 4.047 pelajar SMK yang tidak lulus UNAS (Ujian Nasional). Mereka dan pelajar SMA yang juga tidak lulus ditawari dua opsi. Pertama, mengikuti UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan) dengan ijazah pendidikan kesetaraan. Kedua, mengulang sekolah satu tahun lagi untuk ikut UNAS (Ujian Nasional) tahun 2009 dengan ijazah formal sesuai jenjang yang diikuti. Ijazah PK (Pendidikan Keseteraan) diakui negara dan bisa diterima untuk melamar kerja maupun mendaftar sekolah,  menurut Kepala Dinas P dan K Jawa Timur Rasiyo. (Fajarwisnu pada 24 juni 2008. http://www.Rendah, Minat Siswa Mengikuti UNPK « SMK Negeri 5 Surabaya.htm).

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) mengadakan ujian Paket C. Pesertanya cukup beragam, mayoritas adalah siswa SMU yang tidak lulus UNAS (Ujian Nasional). Hal ini cukup menolong para siswa atau menurunkan mutu pendidikan itu sendiri. Artinya UNAS (Ujian Nasional) tidak dianggap sesuatu yang sulit. Apabila tidak lulus UNAS (Ujian Nasional) maka ada alternatif lain yaitu mengikuti ujian Paket C. Ada sisi positif dan negatif yaitu daripada tidak mempunyai ijazah SMU, sehingga akan kesulitan apabila ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan untuk mencari lapangan pekerjaan (Jonder Sihotang, 25thjune 2008, 13:19 http://www.DetikForum>Politik & Peristiwa>pendidikan>Gak lulus UN Rame-rame Ikut Ujian Paket C.htm).

Salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja adalah harga diri. Baron-Byrne (1994) mengatakan harga diri adalah bagaimana cara kita mengevaluasi diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi merasa dirinya berharga dan berkemampuan sedangkan seseorang yang memiliki harga diri yang rendah memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan dan tidak berharga.

Harga diri merupakan bagian dari konsep diri seperti yang diutarakan oleh Beane & Lipka (1986) bahwa harga diri adalah penilaian yang individu berikan kepada konsep dirinya. Coopersmith (dalam Siregar, 2006) mendefinisikan harga diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga: Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri itu akan menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik itu positif maupun negatif.

Individu yang mampu menilai dirinya sebagaimana adanya menunjukkan yang baik pada dirinya. Individu yang dapat menghargai dirinya adalah individu yang memiliki harga diri yang positif. Individu yang memiliki harga diri yang positif akan menghargai dirinya, merasa dirinya berharga sebagai orang yang memiliki keterbatasan serta berusaha untuk mengembangkan dirinya, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah atau negatif biasanya akan merasa kurang puas, kurang mampu, kurang berharga, kurang berdaya, dan rendah diri serta merasa bersalah, malu dan depresi (Coppersmith Siregar, 2006). Menurut Hurlock (1980) harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakukan, dan penerimanya dari orang lain.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMU/SMK yang tidak lulus dikarenakan nilai UNAS (Ujian Nasional) di bawah standar, maka ia harus menunggu satu tahun lagi untuk ikut UNAS (Ujian Nasional) kendati tidak musti ikut pendidikan lagi di sekolah atau mengikuti ujian Paket C. Hal ini tergantung pada siswa itu sendiri. Apabila mereka memilih jalur UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan) maka mereka harus terlebih dahulu pindah ke jalur non formal kesetaraan, yaitu mereka terlebih dahulu mengikuti pendidikan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan) diharapkan bermanfaat bagi para siswa yang gagal UNAS untuk dapat menyelesaikan pendidikan dan meneruskan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, dengan mendapatkan ijazah pendidikan kesetaraan.

Ada beberapa peserta yang mengikuti ujian UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan)  berpandapat bahwa daripada mengulang atau menunggu satu tahun lagi akan menghambat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini  dikarenakan bahwa ijazah Paket C  diakui sama dengan ijazah SMU. Ijazah Paket C dan ijazah Formal tidak dapat disamakan, tetapi setara atau sederajat dengan ijazah tingkat SMU, meskipun begitu masih ada beberapa siswa atau pelajar lulusan kejar Paket C yang menganggap adanya perbedaan memiliki ijazah Paket C dengan ijazah Formal (SMU). Adanya anggapan tersebut akan mempengaruhi minat dan harga diri siswa, hal ini disebabkan mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sama ketika mencari lapangan pekerjaan.

Guna membuktikan asumsi yang telah dikemukakan di atas peneliti tertarik untuk lebih jauh mengetahui bagaimana hubungan harga diri dengan minat mengikuti pendidikan kejar paket  C pada siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan variabel bebas adalah harga diri dan variabel tergantung minat mengikuti pendidikan Kejar Paket C

            Minat merupakan hasil dari serangkaian proses. Proses terbentuknya minat merupakan proses yang berurutan yang dimulai dari kategori penerimaan atau perhatian individu sebagai rangsang yang diminati oleh fenomena-fenomena tertentu, lalu memilihnya sesuai dengan manfaatnya. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu obyek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai.

            Variabel minat mengikuti pendidikan kejar paket C diungkapkan dengan skala, yang disusun berdasar pada indikator-indikator minat antara lain : (a) Perhatian dan dorongan untuk mendekat pada obyek minat. Subyek memiliki perhatian terhadap obyek yang diamati secara sadar, spontan, wajar, tanpa paksaan dan mencari informasi mengenai obyek minat dalam hal ini pendidikan kejar paket C, (b) Perasaan senang pada obyek minat. Diekspresikan dengan perilaku individu yang lebih menyukai kejar paket C daripada mengulang satu tahun lagi, (c) Kemauan untuk melakukan aktifitas sesuai dengan minat. Subyek mempunyai pandangan bahwa dengan mengikuti kejar paket C, maka bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

            Harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat seseorang, biasanya untuk dipertahankan dan sebagaian berasal dari interaksi seseorang dengan lingkungan dan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perhatian orang lain yang diterimanya. Variabel harga diri diungkap dengan angket yang disusun berdasarkan indikator sebagai berikut : (a) Feeling of belonging, perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok dan diterima serta dihargai oleh anggota kelompoknya, (b) Feeling of competence, perasaan individu yang memiliki kemampuan dan merasa dirinya merupakan penyebab dari berbagai akibat, sehingga memiliki pengaruh terhadap berbagai hal atau kejadian, (c) Feeling of worth, perasaan individu bahwa dirinya berharga atau merasa dirinya patut dihargai oleh orang lain terutama orang tua.

Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMU Negeri kota Surabaya Barat sebanyak 1.200 orang yang tersebar di empat sekolah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 siswa dari dua sekolah SMU di kota Surabaya Barat. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah dengan teknik purposive sampling yaitu pemilihan subyek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai kaitan yang erat dengan ciri-ciri dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1990). Adapun ciri-ciri subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pria atau Wanita dengan usia 17-18 tahun, 2) Siswa yang telah mengikuti UNAS (Ujian Nasional) 2009, belum pengumuman kelulusan, 3) Siswa dari SMU Negeri 12, 13 masing-masing 60 orang.

            Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Pada penelitian ini digunakan dua angket yaitu angket harga diri dan angket minat mengikuti kejar paket C. Angket kedua variabel dalam penelitian ini disusun menurut skala Likert. Untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson (Arikunto, 1992) Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis varians, yang dikembangkan oleh Hoyt karena lebih maju, dalam arti tidak terlalu ditentukan oleh ikatan syarat-syarat tertentu.

            Teknik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi Product-moment Person. Agar hasil analisis data yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal, maka sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji pra-syarat yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan.

 

Hasil Penelitian

            Uji asumsi (uji linieritas) tidak memenuhi syarat maka yang diperlukan adalah dengan menggunakan Transformasi Linier variabel X (Hadi,2000). Hasil Transformasi diperoleh dengan menggunakan variabel X menunjukkan rxy = 0,236 dengan taraf signifikasi p = 0,009. Hal ini berarti bahwa variabel bebas harga diri dengan variabel tergantung minat mengikuti pendidikan kejar Paket C mempunyai hubungan yang positif, artinya harga diri yang tinggi akan mempengaruhi minat mengikuti pendidikan kejar paket C pada siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat.

            Hasil uji beda antara mean hipotesis dan rerata empiris menunjukkan bahwa rerata empiris harga diri lebih tinggi dibandingkan dengan rerata hipotesis harga diri siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat tergolong tinggi.

Pada variabel minat mengikuti pendidikan kejar paket C diperoleh hasil Uji Z = 5.124 menunjukkan bahwa rerata hipotesis dengan rerata empiris terdapat perbedaan yang signifikan p = 0,000 (p<0,01). Rerata empiris (119.683) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rerata hipotesis (110). Hal ini menunjukkan bahwa rerata minat tergolong tinggi.

            Pada ubahan harga diri Translinier yaitu mean hipotesis dengan rerata empiris diperoleh hasil Uji Z = 32.920 pada tarif signifikasi (p) 0,000. Rerata empiris (119.683) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rerata hipotesis (105).  Hal ini berarti bahwa rerata hipoteis dengan Rerata empiris terdapat perbedaan yang signifikasikan. Dapat disimpulkan bahwa harga diri berada pada kategori tinggi.

            Hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,056, artinya sumbangan efektif variabel harga diri terhadap variabel minat mengikuti pendidikan kejar paket C sebesar 5,6%.

Perhitungan dalam variabel ini modul-modul dalam Paket Seri Progarm Statistik 2000 Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Universitas Gadjah Mada Yogyakarta versi IBM/IN 1999.

 

Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, diketahui ada hubungan positif antara harga diri dengan minat mengikuti pendidikan kejar Paket C pada siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat, hal ini berarti hipotesa tidak di dukung oleh hasil penelitian.

Salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja adalah harga diri. Baron – Byrne (1994) mengatakan  harga diri adalah bagaimana cara kita mengevaluasi diri kita. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi merasa dirinya berharga dan berkemampuan sedangkan seseorang yang memiliki harga diri yang rendah memandang dirinnya sebagai orang yang tidak berguna, tidak kemampuan dan tidak berharga. Harga diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang terdiri dari tiga komponen antara lain : Feeling of belonging, perasaan individu bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok dan diterima serta dihargai oleh anggota kelompoknya, Feeling of competence, perasaan mampu dengan demikian harga diri adalah perpaduan antara sejumlah rasa percaya diri dan penghargaan diri, Feeling of worth, perasaan individu bahwa dirinya berharga atau merasa dirinya patut untuk dihargai. Harga diri dapat dijadikan sebagai indikator atau petunjuk yang signifikan untuk memahami perilaku manusia. Termasuk juga dalam menentukan minat mengikuti pendidikan kejar paket C pada siswa kelas tiga SMU.

Minat merupakan salah satu bagian dari faktor psikologis dalam diri yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kehidupan, individu menghadapi berbagai macam pilihan baik berupa situasi, lingkungan, kerja atau objek tertentu. Pada situasi tertentu individu harus menentukan pilihan yang paling sesuai dengan dirinya yang dapat memenuhi kebutuhan atau yang berguna.

            Menurut Hurlock (1980) besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat mempengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Apabila remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan, dan remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.

            Ada tiga faktor yang mempengaruhi minat siswa SMU untuk mengikuti pendidikan kejar paket C antara lain : (a) Perhatian dan dorongan untuk mendekat pada objek minat. Subyek memiliki perhatian terhadap obyek yang diamati secara sadar, spontan, wajar, tanpa paksaan dan mencari informasi mengenai objek minat dalam hal ini ujian kejar paket C. (b) Perasaan senang pada objek minat. Diekspresikan dengan perilaku individu yang lebih menyukai ujian kejar paket C daripada tidak memiliki ijazah SMU. (c) Kemampuan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat. Subyek mempunyai pandangan bahwa dengan mengikuti pendidikan kejar paket C, maka tidak perlu menunggu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat memiliki harga diri yang tinggi dengan minat yang cukup tinggi untuk mengikuti pendidikan kejar paket C. Harga diri mempengaruhi siswa untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan masa depannya. Hal ini ditandai dengan tingginya minat siswa kelas tiga SMU Negeri di Surabaya Barat.

Siswa yang memiliki harga diri tinggi adalah siswa yang mandiri, kreatif, motivasi tinggi, percaya diri, yakin akan gagasan atau pendapatnya. Kondisi tersebut mengarahkan minat siswa mengikuti pendidikan kejar paket C. Semakin tinggi harga diri, siswa semakin mudah dalam menghadapi kehidupan, percaya diri semakin kuat, dan bangga pada diri sendiri. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa yakin akan kemampuan diri.

Oleh karena itu, saat ini banyak siswa yang setelah mengikuti UNAS (Ujian Nasional) mempunyai minat mengikuti pendidikan kejar Paket C apabila siswa tersebut dinyatakan tidak lulus. Walaupun kita semua mengetahui bahwa ijazah kejar Paket C tidak sama dengan ijazah formal, namun beberapa siswa mempunyai minat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan kejar Paket C apabila tidak lulus UNAS (Ujian Nasional). Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan, sehingga pendidikan dianggap sebagai batu loncatan.

Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa siswa, orangtua mereka mengarahkan minat anaknya untuk mengikuti pendidikan kejar Paket C agar bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk mencari pekerjaan.

Siswa yang harga diri tinggi mempunyai minat yang tinggi pula untuk mengikuti pendidikan kejar Paket C, daripada mengulang atau menunggu satu tahun lagi untuk mendapatkan ijazah SMU. Siswa akan merasa malu, minder, dan tidak percaya diri apabila mengulang satu tahun lagi untuk mendapatkan ijazah SMU.

Dapat dikatakan bahwa siswa berminat untuk mengikuti  pendidikan kejar Paket C  karena untuk mempermudah mendapatkan ijazah setara SMU, juga untuk meningkatkan harga dirinya agar lebih dipandang positif karena dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tepat pada waktunya.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ara, Ari. 2007. Akhir Bulan, Ujian Kejar Paket C. 2 Juni 2008. Metropolis, Jawa Pos, hal. 3.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Anthon, T. Kejar Paket Menumpang di Sekolah. Artikel {on line} Diakses Tahun 2008 Dari http://www.Kejar Paket Menumpang di Sekolah.html.

Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Baumeister, Roy.P., Busman, Brad.J., dan Cambel,W., Keith. 2000. Self Esteem, Narcisism and Aggression : Does Violence Result Low Self Esteem or from Threatened Egotism, Current Direction in Psychological Science, Vol.9, No.1, Feb.

Bhatia, B.D, dan Safaya, Raghunath. 1980. Educational Psychology and Guidance. New Delhi : Dhanpat Rai & Sons.

Branden, Nathaniel dan Hermes. 1999. Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri.    Jakarta : Pustaka Delapratasa.

Coopersmith. 1981. The Antesedent of Self –Esteem. SanFrancisco : W.H Freeman and Company.

Fajarwisnu. 2008. Rendah Minat Siswa Mengikuti UNPK. Artikel {on line} Diakses Tgl 24 Juni 2008 Dari http://www.Rendah, Minat Siswa Mengikuti UNPK<< SMK Negeri 5 Surabaya.html.

Hadi, S. 1991. Statistik 2. Edisi Kedua. Yogyakarta : Andi Offset.

Hurlock, Elizabeth, B. 1980. Development Psychology : A Life-Span Approach 5th.ed. New Delhi : Tata Mcgraw-Hill.

Luwzee. 2008. Tinjauan Tentang Belajar Minat Anak. Artikel {on line} Diakses Tahun 2008 Dari http://www. Tinjauan Tentang Belajar Minat Anak.html.

Manurung, J. 2007. Ujian Nasional Bencana Nasional. Artikel {on line} Diakses 19 April 2007 Dari http://www. Bencana Nasional untuk pendidikan SABDA space komunitas blogger.kristen.html.

............  2008. Minat dan Aktivitas Mahasiswa Baru. Artikel {on line} Diakses Tgl 18 Agustus 2008 Dari http://www.Jurnal Online-Minat dan Aktivitas Mahasiswa Baru.html.

Nailah Ubaid. 2002. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Minat Penggunaan Ponsel. (Skripsi S1), Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Nurkolis. 2002. Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang. Diakses dari http://www.artikel.us.

Piliang. 2006. Kejar Paket C, Pendidikan Alternatif. Artikel {on line} Diakses dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/06/opi03.html.

Saifudin, A. 2008. Perlunya Evaluasi Menyeluruh Bukan Sekedar UNPK. Artikel {on line} Diakses Tgl 4 Desember 2008 Dari http://www. KawahInstitute.com.

Setyoko, H. 1999. Sikap Terhadap Multipartai Dengan Minat Untuk Mengikuti Pemilu Pada Mahasiswa Untag Surabaya. (Skripsi S1), Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Setiawan, B. 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

 

 


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya