Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Jumat,15 Maret 2024 - 09:23:51 WIB
Dibaca: 268 kali

 

Sistem dan model pendidikan yang "bebas dan egaliter" saat ini sangat dibutuhkan untuk peserta didik yang harus melindungi dan menegakkan identitas seorang pelajar sebagai subjek berkesadaran. Dimana dalam dunia pendidikan memiliki tantangan dunia yaitu perwujudan pelajar yang demokratis.Mendidik bukan sekedar sebagai pembentukan anak yang terampil dalam lingkungan tapi juga membantu peserta didiknya menjadi seorang yang peka dengan situasi sekitarnya. Pendidik profesional dapat memilih teori yang tepat sebagai alat yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik materi pelajaran yang sesuai dengan ciri-ciri peserta didik, serta kondisi lingkungan yang tersedia. Salah satunya ialah teori Humanistik.

Pada dasarnya, istilah "humanistik" memiliki banyak arti dalam berbagai konteks. Misalnya, humanistik dalam diskusi keagamaan berarti tidak percaya pada unsur supranatural atau nilai transendental serta keyakinan manusia bahwa kemajuan dapat dicapai melalui penalaran dan ilmu pengetahuan. Namun, humanistik berarti minat pada nilai-nilai kemanusiaan yang bukan milik Tuhan. Namun, dalam konteks akademik, humanistik merujuk pada pengetahuan tentang budaya manusia, seperti studi klasik tentang kebudayaan Yunani dan Romawi (Roberts, 1975). Sebagai perwujudan lingkungan belajar yang demokratis ditekankan kebebasan aktualisasi diri untuk meningkatkan kreativitas sebagai peserta didik. Selain itu, peserta didik berjuang untuk merealisasikan sebuah pendidikan yang lebih bermakna untuk lingkup sosial.

Belajar tidak hanya belajar dari buku dan guru, namun juga dapat dari pengalaman kehidupan. Tujuan teori humanistik adalah untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri individu dalam belajar secara optimal. Teori humanistik percaya bahwa teori belajar apapun baik dan dapat digunakan (Assegaf, 2011).

Prinsip-prinsip pembelajaran pada anak dalam teori humanistik: (1) Anak dapat memilih apa yang ingin mereka pelajari. (2) Pendidikan harus mendorong keinginan anak untuk belajar dan mengajar tentang cara mereka belajar. (3) Pendidik humanistik menganggap nilai tidak penting dan hanya evaluasi belajar diri yang penting. (4) Pendidik humanistik percaya bahwa perasaan dan pengetahuan sama pentingnya dalam belajar; mereka tidak membedakan domain afektif dan kognitif. (5) Pendidik humanistik menekankan betapa pentingnya bagi siswa untuk menghindari tekanan lingkungan, agar anak merasa aman dan nyaman saat belajar (Sobur, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa peserta didik membutuhkan kebebasan dalam cara belajar yang sesuai dengan karakter mereka. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam prestasi belajar serta pengembangan kreativitas peserta didik.

 

Referensi:

Roberts, T. (1975). Four Psychologies Applied to Education. New York: Jhon Niley and Sons

Assegaf, R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya